>>Linear Amplifier, Kelas C Amplifier, dan Frequency Multipliers<<
Ada dua jenis Amplifier yang digunakan pada Transmitter, yaitu: Amplifier Linier dan Amplifier Kelas C. Amplifier linier memiliki sinyal output yang identik dengan sinyal inputnya, atau dengan kata lain sinyal outputnya itu replika dari pembesaran sinyal input. Jadi, amplifier linier menghasilkan sinyal output dengan daya yang lebih besar daripada sinyal inputnnya. Linear amplifier terbagi atas kelas A, B, atau AB.
Amplifier kelas A itu biasanya menyalurkan secara terus menerus. Penguatan kelas A menerima 360 derajat gelombang input dan menghasilkan
360 derajat pula pada gelombang outputnya. Pada kelas ini memiliki efisiensi 50% sehingga dapat dikataran amplifier kelas ini kurang efisien.
360 derajat pula pada gelombang outputnya. Pada kelas ini memiliki efisiensi 50% sehingga dapat dikataran amplifier kelas ini kurang efisien.
Amplifier kelas B biasnya itu cutoff, jadi tidak ada arus collector yang mengalir apabila tidak ada input. Transistor pada penguat ini hanya menghasilkan setengah gelombang dari sinyal input.
Amplifier kelas AB biasnya itu dekat cutoff dengan arus collector yang mengalir terus menerus. Ini akan mengalirkan 180 derajat sampai 360 derajat dari input.
Amplifier Kelas C membiaskan kurang dari 180 derajat dari sinyal input. Ini ciri khusus dimana sudut yang dihasilkan 90 sampai 150 derajat dari sinyal input. Bisa dibilang arus yang mengalir itu pulsa pendek. Amplifier kelas C tidak akan benar bekerja sampai basis transistor lebih positif +0.7 dari emittor transistor.
Amplifier kelas A bersifat linear, tapi sangat tidak efisien. Akibatnya, mereka digunakan umumnya sebagai penguat tegangan sinyal kecil atau fo amplifier daya rendah. kelas C adalah yang paling efisien. Karena kedua kelas B dan C mendistorsi sinyal input,ada cara untuk menghilangkan distorsi Misalnya, amplifier kelas B dioperasikan dalam konfigurasi push-pull, sedangkan kelas C amplifiers menggunakan beban LC resonansi.
Amplifier kelas A bersifat linear, tapi sangat tidak efisien. Akibatnya, mereka digunakan umumnya sebagai penguat tegangan sinyal kecil atau fo amplifier daya rendah. kelas C adalah yang paling efisien. Karena kedua kelas B dan C mendistorsi sinyal input,ada cara untuk menghilangkan distorsi Misalnya, amplifier kelas B dioperasikan dalam konfigurasi push-pull, sedangkan kelas C amplifiers menggunakan beban LC resonansi.
Self Test bagian 6 Radio Transmitter
12. Linier amplifier digunakan untuk membangkitkan sinyal AM dan SSB.
13. Sebuah amplifier kelas C digunakan untuk meningkatkan kekuatan sinyal FM.
14. Penguatan linier beroperasi pada kelas A, B dan AB.
15. Sebuah transistor kelas A memiliki efisiensi 50%. Nilai keluaran adalah 27W, daya yang hilang dalam transistor tersebut adalah 27 W.
16. Penguatan kelas A menerima 360 derajat sebuah gelombang sinus sebagai input.
17. Benar atau salah. Tanpa input, sebuah penguat kelas B tidak akan berfungsi? Benar.
18. Penguat kelas B RF secara normal digunakan pada konfigurasi push-pull.
19. Sebuah penguat kelas C menerima untuk mengubah 90 derajat sampai 150 derajat sinyal input.
20. Dalam penguat kelas C, aliran arus kolektor dalam bentuk denyut (sinusoidal).
21. Dalam penguatan kelas C, hasil keluaran berupa sinyal lengkap dihasilkan oleh rangkaian resonansi dan penala.
22. Efisiensi penguatan kelas C dalam jangkauan 60% sampai 80%.
23. Rangkaian penala dalam kolektor penguatan kelas C bekerja sebagai penyaring untuk menghilangkan harmonik.
24. Sebuah penguat kelas C dimana nilai keluaran rangkaian penala sama dengan nilai pengali dari frekuensi masukan disebut frequency multipliers.
25. Frekuensi pengali dengan faktor 2, 3, 4, 5 berurutan. Masukan sebesar 1.5 mhz. Maka nilai output adalah 180 Mhz.
26. Sebuah penguatan kelas C memiliki sumber tegangan DC 28V dan rata rata arus kolektor 1.8A. Daya input adalah 50,4 W.
COMMUNICATION RECEIVERS
>>Tipe Rangkaian Penerima<<
Di dalam istilah komunikasi, terdapat tipe-tipe rangkaian receiver, seperti RF dan IF amplifier, serta rangkaian AGC dan AFC. Di banyak receiver, amplifier RF sudah tidak terpakai lagi. Hal ini terutama berlaku di Receiver yang dirancang untuk frekuensi yang lebih rendah daripada 30 MHz. Dalam sebagian besar receiver RF yang digunakan biasanya menyediakan gain tegangan dalam 10-30 dB.
Selain RF amplifier, terdapat juga IF ampifier, dengan memakai IF amplifier dapat diperoleh sebagian keuntungan dan selektivitas. Selektivitas adalah kemampuan untuk memisahkan sinyal pada frekuensi yang berbeda. RF dan IF amplifier biasanya menggunakan rangkaian sederhana kelas A.
Rangkaian AGC (Automatic Gain Control) adalah sirkuit pengatur umpan balik, yang bertujuan untuk menyediakan amplitudo sinyal yang dapat dikendalikan di outputnya, meskipun variasi amplitudonya dalam sinyal input. Sinyal tingkat rendah menyebabkan gain receiver menjadi tinggi. Sinyal input yang besar menyebabkan gain receiver harus dikurangi. Sebagian besar penerima memiliki sirkuit AGC sehingga dynamic range yang lebar dari pemindaian sinyal masukan amplitudo menjadi ditampung tanpa distorsi. Sebuah sirkuit AGC meluruskan IF atau output demodulator ke dc untuk mengontrol gain IF amplifier
Selain AGC, rangkaian kontrol umpan balik lainnya adalah AFC (Automatic Frequency Control). AFC adalah sistem umpan balik yang mirip dengan AGC yang digunakan untuk mengoreksi drift frekuensi dan ketidakstabilan di LO dari VHF, UHF, dan frekuensi microwave penerima. AFC digunakan untuk menstabilkan frekuensi dari oscillitor direct FM yang tidak cukup bagus. Komponen AFC berperan sebagai pengatur frekuensi yang dibangkitkan oscillator lokal untuk dicatukan ke mixer, sehingga frekuensi oscillator menjadi stabil.
Selain RF amplifier, terdapat juga IF ampifier, dengan memakai IF amplifier dapat diperoleh sebagian keuntungan dan selektivitas. Selektivitas adalah kemampuan untuk memisahkan sinyal pada frekuensi yang berbeda. RF dan IF amplifier biasanya menggunakan rangkaian sederhana kelas A.
Rangkaian AGC (Automatic Gain Control) adalah sirkuit pengatur umpan balik, yang bertujuan untuk menyediakan amplitudo sinyal yang dapat dikendalikan di outputnya, meskipun variasi amplitudonya dalam sinyal input. Sinyal tingkat rendah menyebabkan gain receiver menjadi tinggi. Sinyal input yang besar menyebabkan gain receiver harus dikurangi. Sebagian besar penerima memiliki sirkuit AGC sehingga dynamic range yang lebar dari pemindaian sinyal masukan amplitudo menjadi ditampung tanpa distorsi. Sebuah sirkuit AGC meluruskan IF atau output demodulator ke dc untuk mengontrol gain IF amplifier
Selain AGC, rangkaian kontrol umpan balik lainnya adalah AFC (Automatic Frequency Control). AFC adalah sistem umpan balik yang mirip dengan AGC yang digunakan untuk mengoreksi drift frekuensi dan ketidakstabilan di LO dari VHF, UHF, dan frekuensi microwave penerima. AFC digunakan untuk menstabilkan frekuensi dari oscillitor direct FM yang tidak cukup bagus. Komponen AFC berperan sebagai pengatur frekuensi yang dibangkitkan oscillator lokal untuk dicatukan ke mixer, sehingga frekuensi oscillator menjadi stabil.
Sel Test bagian 7 Communication Receivers
53. Penguatan RF menghasilkan inisial gain dan pilihan pada sebuah penerima tapi juga menambahkan noise.
54. Sebuah noise lemah transistor cenderung pada frekuensi gelombang micro MESFET atau GASFET yang terbuat dari gallium arsenide.
55. Kebanyakan gain dan penyaringan dalam panas berlebih berada pada penguatan IF.
56. Penyaringan dalam penguatan IF biasanya dihasilkan akibat penggunaan rangkaian penala diantara prosesnya.
57. Lebar pita dalam rangkaian penala ganda berubah seiring sudut mutual inductance diantara perputaran primer dan sekunder.
58. Dalam rangkaian penala ganda, minimal lebar pita berada dengan dibawah kopling, maksimal lebar pita dengan melebihi kopling dan puncak keluaran berada pada optimal atau kritis kopling.
59. Sebuah penguatan IF bahwa klip puncak positif dan negatif dari sinyal disebut limiter .
60. Kliping terjadi pada amplifier karena transistor didorong oleh sinyal tingkat tinggi ke cut off, saturasi.
61. Keuntungan dari penguat bipolar kelas A dapat bervariasi dengan mengubah arus kolektor.
62. Gain RF – IF keseluruhan penerima adalah sekitar 100 db
63. Menggunakan amplitudo sinyal yang masuk untuk mengontrol gain dari penerima dikenal sebagai AGC (pengontrol gain otomatis).
64. Rangkaian AGC bervariasi gain dari IF amplifier.
65. Kontrol tegangan DC AGC berasal dari rangkaian penyearah terhubung ke penguat IF atau deteksi keluaran.
66. AGC bias mundur adalah di mana peningkatan amplitudo sinyal menyebabkan pengurangan dalam arus kolektor pada penguat IF.
67. AGC bias maju menggunakan peningkatan amplitudo sinyal untuk meningkatkan arus kolektor dimana mengurangi gain dari penguat IF.
68. AGC dari penguat diferensial yang dihasilkan dengan mengendalikan arus yang dihasilkan oleh sumber arus konstan transistor.
69. Dalam dual-gate MOSFET IF amplifier, tegangan dc AGC diterapkan pada control gate.
70. Nama lain untuk AGC di penerima AM adalah AVO (kontrol volume otomatis).
71. Dalam penerima AM, tegangan AGC berasal dari detektor dioda.
72. Sinyal masukan yang besar menyebabkan keuntungan dari penerima menjadi pengurang AGC.
73. Sebuah rangkaian AFC mengoreksi pelayangan frekuensi di rangkaian osilator lokal.
74. Tegangan AFC kontrol berasal dari rangkaian demodulator dalam penerima.
75. Sebuah kapasitor variabel tegangan digunakan dalam rangkaian AFC untuk memvariasikan LO frekuensi.
76. Sebuah sirkuit yang blok audio sampai sinyal yang diterima disebut sirkuit memadamkan.
77. Dua jenis sinyal yang digunakan untuk mengoperasikan sirkuit memadamkan audio noise.
78. Dalam sistem CTCS, frekuensi nada rendah untuk membangkitkan rangkaian pemadam.
79. Sebuah BFO diperlukan untuk menerima sinyal SSB dan CW.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar